Pentingnya Pendidikan Agama Bagi Anak Umat Islam
Allah telah memberikan amanah
yang sangat besar di dalam kehidupan kita. Dimana amanah tersebut seharusnya
kita tunaikan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Nya. Amanat tersebut
berupa anak yang telah diberikan kepada kita, kita telah diperintahkan untuk
melepaskan diri, keluarga, dan termasuk anak kita dari api neraka jahannam.
“Wahai orang orang yang beriman jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari
api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan, padanya ada
malaikat yang kasar, mereka tidaklah mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan
kepada mereka.”
Allah telah menjadikan kita
sebagai pemimpin bagi keluarga kita, yang tentunya kita juga akan dimintai
pertanggung jawaban. Maka seharusnya suami dan istri saling bekerjasama dalam
membina keluarga, karena masing-masing akan dimintai pertanggung-jawaban.
“Setiap kalian adalah pemimpin,
dan akan dimintai pertanggung-jawaban, maka seorang imam adalah pemimpin dan
akan dimintai pertanggung-jawaban, dan seorang suami adalah pemimpin
keluarganya dan akan dimintai pertanggung-jawaban, dan seorang istri adalah
pemimpin di rumah suaminya dan akan dimintai pertanggung-jawaban, dan seorang
budak adalah pemimpin pada harta majikannya dan akan dimintai
pertanggung-jawaban, maka ketahuilah bahwa setiap diri kalian adalah pemimpin
dan akan dimintai pertanggung-jawaban.”
“Allah telah mewasiatkan di dalam
perkara anak-anak kalian”
Maka orang tua hendaknya
bertanggung jawab terhadap keluarga dan keturunannnya, jangan sampai dia dan
keturunannnya mendapatkan kemurkaan dari Allah. Maka hendaknya pemimpin
keluarga memberikan pelajaran agama yang baik kepada anak keturunannya agar
mereka dapat menjadi anak yang shalih. Rasulullah bersabda dalam hadits Ibnu
Abbas dalam riwayat Tarmidzi
“Wahai anak kecil, sesungguhnya
aku mengajari engkau beberapa kalimat, jagalah Allah maka Allah akan menjagamu,
jagalah Allah maka engkau akan mendapatkan Allah di hadapanmu, apabila engkau
meminta maka mintalah kepada Allah, apabila engkau memohon pertolongan maka
mintalah kepada Allah”
Dalam hadits ini menunjukkan
perhatian beliau yang besar dalam mendidik anak kaum muslimin. Terlebih bagi
mereka yang telah menjadi kepala keluarga, wajib bagi mereka mengajarkan agama
Allah baik berupa tauhid, akhlaq, adab, dsb karena semuanya adalah tanggung
jawab dari orang tua. Saat rasulullah melihat seorang anak kecil yang makan
dengan adab yang jelek, maka beliau bersabda
“Wahai anak kecil, apabila engkau
makan maka bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, makanlah mulai
dari yang dekat denganmu.”
Demikianlah Rasulullah memberikan
pelajaran kepada anak-anak kaum muslimin dengan pelajaran yang diperintahkan
oleh Allah. Sebelum datang suatu hari yang menghancurkan dunia ini, hari dimana
seseorang akan lari dari saudaranya sendiri, dari bapak dan ibunya, dan dari
istri dan anak-anaknya. Pada hari inilah kita mempertanggung jawabkan kehidupan
kita di dunia, kita tidak bisa lagi mendidik anak-anak kita karena kesempatan
tersebut hanya di dunia saja. Pendidikan anak-anak perlu kita perhatikan karena
merekalah kebahagiaan atau kesedihan bagi kita.
“Sesungguhnya harta dan anak-anak
kalian adalah fitnah”
Karena itu disamping kita
mendidik dan mengarahkan anak-anak kita kepada Islam, tentunya kita tetap
menyerahkan hasilnya kepada Allah. Karena yang dapat memberikan hidayah
hanyalah Allah. Allah yang akan menentukan mereka mendapat petunjuk atau menjadi
tersesat.
Ketika Nabi Isa baru lahir dan
ditanya oleh Bani Israil, maka Nabi Isa menjawab, “sesungguhnya aku adalah
hamba Allah, Allah yang telah memberikan kepadaku Al Kitab dan menjadikan aku
sebagai Nabi. Dan menjadikan aku diberkahi dimanapun aku berada, dan Allah yang
mewasiatkan kepadaku untuk menegakkan shalat dan zakat selama aku masih hidup.”
Kemudian dari pernyataan Nabi Isa
tersebut dapat kita ketahui bahwa Allah-lah yang telah menjadikan beliau
sebagai orang yang shalih, sebagai seorang Nabi, dan sebagai orang yang
menerima kitab suci. Kemudian perkataan Nabi Isa yang lainnya:
“Dan Allah yang telah menjadikan
aku sebagai anak yang berbakti kepada orang tuaku dan tidak menjadikan aku
sebagai orang yang keras dan kasar.”
Maka apabila kita mengetahui hal
ini seharusnya kita berusaha sebaik-baiknya, memohon pertolongan kepada Allah,
agar anak keturunan kita dapat menjadi generasi yang shalih. Pertolongan dari
Allah kita perlukan karena hidayah itu hanya datang dari Allah, bahkan Nabi Nuh
tidak dapat memberikan hidayah kepada anaknya.
Berkata Nabi Nuh terhadap
anaknya, “Wahai Anakku, marilah berlayar bersamaku, dan janganlah kamu bersama
orang yang kafir”, jawab anaknya, “Aku akan berlindung ke puncak gunung yang
dapat menjauhkan aku dari air”. Nabi Nuh berkata, “Pada hari ini tidak ada yang
dapat terjaga dari perintah Allah kecuali yang disayangi oleh Allah. Wahai
Rabbku sesungguhnya anakku adalah termasuk dari keluargaku, dan sesungguhnya
janjimu adalah benar dan engkau adalah Dzat yang maha bijaksana”, jawab Allah,
“Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukan termasuk dari keluargamu, karena dia beramal
yang tidak baik. Maka jangan engkau meminta kepada-Ku sesuatu yang engkau tidak
memiliki ilmu di dalamnya, sesungguhnya Aku mengingatkanmu agar engkau tidak
termasuk orang-orang yang bodoh”, jawab Nabi Nuh, “Wahai Rabbku, kalau
seandainya engkau tidak mengampuni dan dan menyanyangi aku maka benar benar aku
akan menjadi orang orang yang merugi.”
Akan tetapi seorang anak yang
shalih dapat menjadi sebuah permata yang sangat indah. Seperti Nabi Ismail
terhadap Nabi Ibrahim, ketika Nabi Ibrahim berkata, “Wahai Anakku, sesungguhnya
aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu, bagaimana pendapatmu? Wahai Bapakku,
lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, dan niscaya engkau akan mendapatiku
termasuk orang orang yang bersabar.”
Lihatlah bagaimana jawaban dari
anak yang shalih kepada bapak yang shalih, padahal mereka berdua diperintahkan
untuk mengerjakan suatu hal yang sangat berat. Demikianlah kisah dari keluarga
yang shalih, apabila seorang anak telah dijadikan sebagai seorang yang shalih
oleh Allah, maka hal tersebut mungkin akan menjadi sebab baiknya kedua orang
tuanya, tetapi apabila anak tersebut jelek, mungkin hal tersebut akan menjadi
sebab kekafiran kedua orang tuanya.
Sebagaimana Allah telah
mengingatkan kita dalam kisah Nabi Khidr dan Nabi Musa. Ketika Allah
memerintahkan Nabi Khidr untuk membunuh seorang anak kecil, kemudian nabi Musa
berkata, “Kenapa engkau membunuh seorang jiwa padahal dia tidak membunuh jiwa
yang lain ?, sungguh Engkau telah melakukan sesuatu yang mungkar”, jawab Nabi
Khidr, “Bukankah sudah aku katakan bahwa Engkau tidak akan mampu bersabar
bersamaku ?”.
Kemudian di akhir kisah Nabi
Khidr menjelaskan alasannya. Beliau melakukan hal tersebut karena anak kecil
yang beliau bunuh sesungguhnya memiliki dua orang tua yang shalih. Dan beliau
takut anak tersebut akan memaksa kedua orang tuanya menuju kekafiran, maka
beliau ingin agar Allah memberikan ganti anak yang lebih shalih dan lebih
penyayang kepada kedua orang tuanya.
Pada ayat ini disebutkan bahwa
seorang anak dapat menjadi sebab kekafiran kedua orang tuanya. Maka anak adalah
jaminan terhadap kelurusan agama kita, oleh karena itu barang siapa yang ingin
istiqomah di dalam agama ini, maka hendaknya dia mendidik anaknya dengan
keshalihan, karena hal tersebut diharapkan menjadi penyebab Allah memberikan
kebaikan kepada kedua orang tuanya.
Khutbah ke dua.
Dan termasuk kebiasaan orang yang
shalih adalah berdoa agar keturunannya diperbaiki agamanya.
“Wahai Rabb kami, berikanlah
kepada kami dari istri dan anak sebagai pelembut dan penenang jiwa kami. Dan
jadikanlah kami semua (suami, istri dan anak) sebagai pemuka orang yang
bertakwa.”
Rasulullah mendoakan Hasan dan
Usamah bin Zaid dalam hadits riwayat imam Bukhari, “Ya Allah, sesunggguhnya aku
mencintai keduanya, maka cintailah kedua anak ini.”
Demikian pula doa beliau terhadap
Abdullah bin Jafar, “Ya Allah, jadikanlah pada keluarga Jafar kebaikan, dan
berkahilah Abdullah pada tangan kanannya.”
“Ya Allah, berilah kepada Anas
bin Malik harta dan anak yang banyak, dan berkahilah kepada yang engkau berikan
kepada mereka.”
Dan doa beliau terhadap Abdullah
bin Abbas, “Ya allah pahamkanlah dia dengan agama, dan pahamkanlah dia dengan tafsir.”
Dan termasuk hal yang harus kita
perhatikan dalam pendidikan anak kita adalah jangan sampai kita mengeluarkan
suatu ucapan yang jelek, bagaimanapun keadaan kita. Ketika Rasulullah mendengar
seseorang melaknat untanya, maka Rasulullah bertanya kepada sahabatnya, “Siapa
yang tadi melaknat ?, saya, turunlah engkau dari untamu, jangan engkau
menyertai kami dengan sesuatu yang telah dilaknat, janganlah kalian mendoakan
keburukan bagi diri diri kalian, anak-anak, dan harta kalian, jangan sampai
ketika kalian berdoa kejelekan tersebut bertepatan dengan waktu yang Allah
mengabulkan doa tersebut.”
penulis: Al Ustadz Abdul Muthi Al
Maidany
Makasih sudah berbagi ilmu ..............................
ReplyDeletebisnistiket.co.id