Fir'aun Juga Orang Tua
Kata-kata
"orang tua" memiliki tiga arti, Pertama orang yang dengan mereka kita ada di
muka bumi, yaitu ayah dan ibu. Ini pengertian orang tua secara khusus. Kedua,
orang yang berumur lebih tua dari kita, mereka adalah orang yang secara
pengalaman lebih memiliki banyak pengetahuan daripada kita, namum tidak
selamanya bisa dijadikan teladan. Ketiga, orang yang dituakan, baik karena
posisi atau Ilmunya. Seorang pimpinan adalah orang tua bagi pegawainya,
meskipun umurnya lebih kecil, seorang suami adalah orang yang dituakan dalam
keluarga, meskipun umur istri lebih tua dari sang suami.
Orang disebut orang tua menurut pembagian pertama adalah karena "Jasa" mereka, kedua karena "Dahulu" nya mereka hadir di dunia, dan ketiga
karena "Kelebihan" mereka diatas yang lain. Singkatnya,
seorang itu bisa mendapat tempat lebih tinggi dalam kehidupan sosial itu oleh
tiga sebab; Jasa, Senioritas dan Kualitas diri.
Mari kita lihat sekilas pembagian pertama, orang tua yang dengan
mereka kita ada di dunia ini, yaitu Ayah dan Ibu. Agama Islam mewajibkan
seorang anak untuk selalu berbakti pada kedua orang tua, bahkan dalam sebuah
riwayat Rasulullah pernah membatalkan keberangkatan seorang pemuda ke medan
perang dikarenakan kedua orang tuanya masih hidup, agar dia bisa merawat dan
berbakti kepada kedua orang tuanya. Allah menyandingkan "syukur" kepada kedua orang tua setelah"syukur" kepadaNya (Luqman:14). Agama Islam
mengajak kita masuk surga lewat berbakti pada orang tua, menjadikan orang tua
sebagai lahan pahala bagi anak-anaknya. Setiap "senyuman"
orang tua yang berasal dari perbuatan kita, di sanalah deposito pahala masuk ke
dalam tabungan kita. Sungguh benarlah orang yang mengatakan,"Orang paling rugi di dunia dan
akhirat adalah orang yang tidak bisa meraih surga sedangkan dia
memiliki orang tua". Ini
menunjukkan betapa orang tua sumber berkah bagi anak-anaknya.
Semua orang tua ingin anaknya menjadi lebih baik darinya. Kalaupun ada seorang
yang sangat "pendengki", artinya tidak mau ada orang yang lebih
baik dari dia, maka dia tidak akan pernah dengki pada anaknya, dia pasti ingin
memiliki anak yang lebih baik dari dia. Ternyata itu adalah fitrah orang tua,
baik orang tua manusia maupun "orang tua" hewan. Seekor induk singa yang maha
ganas tidak akan pernah mau memakan anaknya!
Sejak manusia ada orang tua selalu ingin yang terbaik bagi anak-anaknya.
Marilah kita simak pesan seorang salah seorang Fir'aun kepada anaknya yang akan
menjadi pengantin: Nasehat pertama bagi anak gadisnya;
" Wahai putriku, jagalah kehormatanmu. Janganlah sekali-kali kamu
menyakiti ayah atau ibumu. Apabila suatu ketika nanti kamu menikah, hormatilah
suamimu dan hargailah setiap perkataannya. Pergunakanlah kesempatan ketika dia
lelah setelah datang dari pekerjaanya, jadikanlah senyuman dan kelembutanmu
sebagai pelepas lelahnya. Jangan pernah kamu melanggar larangan suamimu,
apalagi larangan yang dilarangnya dengan keras. Ketahuilah bahwa pertengkaran
antara kalian biasanya akan berakhir dengan perpisahan. Dengan itu akan menjadi
awal kerusakan bagi suamimu dan awal kerusakan dan "ketidak
lakuan" bagi
kamu!(akan susah bagi kamu
mendapatkan suami baru, karena sejelek-jelek wanita adalah wanita yang dicerai
oleh suaminya, apapun sebabnya-red). Sebutlah selalu tentang kebaikan
keluarganya dan pujilah selalu kebaikan mereka. Hormatilah ibunya, ketahuilah
bahwa dia telah lebih dahulu menjadi ibunya sebelum engkau menjadi istrinya,
dan Allah telah mewajibkan baginya untuk berbakti dan cinta pada ibunya.
Hormatilah ayahnya, dan jadikan ayahnya sebagai ayahmu.
Sedangkan anak-anakmu, mereka adalah bagian dari darah dagingmu, maka jadikan
perhatianmu atas mereka di atas segalanya, supaya engkau bisa menciptakan bagi
bangsa Mesir generasi yang baik, mencintai keluarga, dan Tanah Airnya. Engkau
wahai putriku di rumahmu adalah Ratu bagi kerajaan kecilmu, dan aku yakin
engkau mampu menjadi Ratu itu, semoga Tuhan selalu menjaga dan
meridhaimu."
Selanjutnya nasehat Fir'aun bagi anak laki-lakinya:
" Wahai anakku, jadilah engkau Tuan di rumah mu sendiri,
cintailah istrimu dengan tulus, berilah dia semua kebutuhan yang mencukupinya,
berilah istrimu pakaian yang bermacam-macam(
karena pakaian bagi wanita tidak seperti pakaian bagi laki-laki-red). Belilah dia parfum yang wangi,
karena wanita menyukai itu. Bahagiakanlah dia dalam kehidupanmu, karena istri
adalah cerminan suami, darinya akan kelihatan apa yang dilakukan suami baginya.
Janganlah kamu berbuat kasar di rumahmu, karena kelembutanmu akan menggerakkan,
melembutkan dan menambah cinta di hati wanita, sedangkan kekasaran akan
menakutkan wanita. Berikan istrimu apa yang dia inginkan, dan penuhilah semua
permintaannya, selama itu dalam kemampuanmu. Ridhoilah dia dan carilah
keridhoannya, karena kalau tidak demikian, maka rumah tanggamu di depan pintu
kehancuran. Dekatlah selalu dengannya dan panggillah dia dengan panggilan yang
mesra dan penuh cinta, muliakanlah dia, hormatilah perasaannya, dan
perlihatkanlah selalu rasa sayang dan cintamu padanya. Jangan sekali-kali kamu
memarahinya, karena bila dia bersujud dan memohon pada Allah maka Allah akan
selalu mendengar pengaduannya dan engkau akan dihukum olehNya.".
Sekarang mari kita simak pesan seorang Ibu Arab yaitu Umamah
Taghlibiyah kepada
putrinya Ummu Iyam binti Auf sebelum malam pengantinnya.
"Wahai putriku, kalau seandainya nasehat itu ditinggalkan
karena seorang yang dinasehati itu berpendidikan atau karena kemuliaannya, maka
aku tidak akan menasehatimu wahai putriku, tetapi nasehat itu adalah peringatan
bagi yang lupa dan pelajaran bagi orang yang berakal. Wahai putriku, kalau
seandainya seorang wanita bisa hidup tanpa laki-laki dengan kekayaan yang
dimiliki orang tuanya, maka engkaulah wanita yang paling bisa hidup tanpa
laki-laki. Tetapi wahai putriku, kita diciptakan untuk laki-laki seperti mereka
diciptakan untuk kita.
Wahai putriku, sebentar lagi engkau akan keluar dari rumahmu, di
mana engkau dibesarkan dan di mana engkau belajar berjalan, menuju tempat yang
asing bagimu dengan teman yang engkau belum terbiasa hidup bersamanya. Jadilah
engkau budak baginya, maka dia akan menjadi budak bagimu. Sekarang dengarlah
sepuluh hal dari Ibu dan ingatlah itu selalu; Pertama: Jagalah
kemesraan hubungan kalian dan selalu Qona'ah (menerima apa adanya, dan
tidak menuntut banyak-red), karena
dalam Qona'ah itu
ada ketenangan hati dan ketentraman jiwa. Kedua: Pergaulilah
suamimu dengan selalu mentaatinya, karena dalam ketaatan istri terhadap suami
ada keridhoan Ilahi. Ketiga dan
Keempat: Jagalah selalu tempat di mana matanya selalu memandang
pada dirimu dan di mana hidungnya selalu mencium pada dirimu, jangan sampai
matanya melihat sesuatu yang tidak pantas pada dirimu, dan jangan sampai
hidungnya mencium sesuatu dari dirimu kecuali wangi. Ketahuilah wahai putriku
bahwa sebaik-baik parfum adalah air(
maksudnya selalu menjaga kebersihan dengan mandi dan bersuci-red). Kelima
dan Keenam: Jagalah selalu
makanannya dan waktu istirahatnya. Ketahuilah bahwa panasnya kelaparan itu
membakar dan perasaan terganggu ketika sangat lelah bisa menyulut kemarahan. Ketujuh
dan Kedelapan: Jagalah selalu rumahnya dan keluarganya. Kesembilan : Jagalah selalu rahasianya, jangan
sampai aib kalian keluar pintu rumah. Karena bila rahasianya keluar rumah
karenamu, maka tunggulah balas dendamnya. Kesepuluh: Jangan pernah
sekalipun melanggar perintah dan larangannya, karena pelanggaranmu akan
menumbuhkan kebencian dalam hatinya.
Janganlah kamu bergembira sedikitpun katika dia bersedih, dan
janganlah kamu perlihatkan kesedihanmu ketika dia sedang senang. Karena yang
pertama adalah kelemahan, dan yang kedua adalah pengkeruhan suasana (mengganggu
kegembiraannya-red). Semakin
kamu memuliakan dia, maka dia juga akan semakin menghormati kamu. Semakin kamu
mematuhi dia, maka dia juga akan semakin setia padamu. Ketahuilah wahai
putriku, bahwa engkau tidak akan mampu melakukan itu semua kecuali dengan
membuang rasa egoismu, selalu mendahulukan kepentingan suamimu di atas segala
kepentinganmu, selalu mencintai apa yang dicintainya dan membenci apa yang
dibencinya. Demi Allah dia akan selalu menjagamu. Itulah pesan Ibu wahai buah
hatiku. Sekarang Pergilah wahai putriku, doaku selalu bersamamu."
Goresan Tangan : Saief Alemdar
0 comments:
Post a Comment